Entri Populer

Selasa, 01 Februari 2011

pendekatan Teologi,Normatif dan antropologi dalam studi Islam

BAB I

PENDAHULUAN

Agama bukan hanya sekedar lambang kesalehan umat atau topik dalam kitab suci umat beragama,namun secara konsepsional kehadiran agama semakin dituntut aktif untuk menunjukkan cara-cara paling efektif dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.

Tuntutan yang demikian itu akan mudah dijawab oleh kita sebagai kalangan intelektual muslim dan siapa saja tatkala kita sebagai muslim memahami “agama kita sendiri”.bukan hanya sekedar pemahaman dengan pendekatan teologis normatif namun juga harus dilengkapi dengan pendekatan lain,yang secara operasional konseptual dapat memberikan jawaban atas permasalahan-permasalahan umat.

Adapun yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu pengetahuan yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.

Berdasarkan latar belakang persoalan diatas,maka dirasa penting untuk mengetahui berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam memahami agama sekaligus menjawab permasalahan-permasalahan umat manusia.sehingga agama akan terasa lebih bermakna dan hadir kokoh dalam masyarakat tatkala kita paham akan agama kita.sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan tersebut,agama akan menjadi sulit untuk difahami oleh masyarakat,tidak fungsional dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain agama (Naudzubillahi Min Dzalik)


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pendekatan Teologis

Pendekatan teologis sering disebut juga sebagai perpektif timur,Pendekatan teologis berarti pendekatan kewahyuan atau pendekatan keyakinan peneliti itu sendiri.dimana agama tidak lain merupakan hak prerogatif tuhan sendiri.realitas sejati dari agama adalah sebagaimana yang dikatakan oleh masing-masing agama.[1]pendekatan seperti ini biasanya dilakukan dalam penelitian suatu agama untuk kepentingan agama yang diyakini peneliti tersebut untuk menambah pembenaran keyakinan terhadap agama yang dipeluknya itu.

Yang termasuk kedalam penelitian teologis ini adalah penelitian-penelitian yang dilakukan oleh ulama-ulama,pendeta,rahib terhadap suatu subjek masalah dalam agama yang menjadi tanggung jawab mereka,baik disebabkan oleh adanya pertanyaan dari jamaah maupun dalam rangka penguatan dan mencari landasan yang akurat bagi suatu mazhab yang sudah ada.

Pendekatan teologis memahami agama secara harfiah atau pemahaman yang menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.[2]

Amin Abdullah dalam bukunya metodologi study islam mengatakan, bahwa teologi, seba­gaimana kita ketahui, tidak bisa tidak, pasti mengacu kepada agama tertentu. Loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen, dan dedikasi yang tinggi serta penggunaan bahasa yang bersifat subjektif, yakni bahasa sebagai pelaku, bukan sebagai pengamat adalah merupakan ciri yang melekat pada bentuk pemikiran-teologis.

Pendekatan teologi dalam pemahaman keagamaan adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar sedangkan yang lainnya sebagai salah. Aliran teologi yang satu begitu yakin dan fanatik bahwa pahamnyalah yang benar sedangkan paham lainnya salah, sehingga memandang paham orang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan seterusnya. Demikian pula paham yang dituduh keliru, sesat, dan kafir itu pun menuduh kepada lawannya sebagai yang sesat dan kafir. Dalam keadaan demikian, maka terjadilah proses saling meng-kafir-kafirkan, salah menyalahkan dan seterusnya. Dengan demikian, antara satu aliran dan aliran lainnya tidak terbuka dialog atau saling menghargai. Yang ada hanyalah 1ketertutupan (eksklusifisme), sehingga yang terjadi adalah pemisahan dan terkotak-kotak.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa pendekatan teologi semata-mata tidak dapat memecahkan masalah esensial pluralitas agama saat sekarang ini. Terlebih-lebih lagi kenya­taan demikian harus ditambahkan bahwa doktrin teologi, pada dasarnya memang tidak pernah berdiri sendiri, terlepas dari jaringan institusi atau kelembagaan sosial kemasyarakatan yang mendukung keberadaannya. Kepentingan ekonomi, sosial, politik, pertahanan selalu menyertai pemikiran teologis yang sudah mengelompok dan mengkristal dalam satu komunitas masyarakat tertentu. Bercampur aduknya doktrin teologi dengan historisitas institusi sosial kemasyarakatan yang menyertai dan mendukungnya menam­bah peliknya persoalan yang dihadapi umat beragama.[3]

Uraian di atas bukan berarti kita tidak memerlukan pendekatan teologi dalam memahami agama, karena tanpa adanya pendekatan teologis, keagama­an seseorang akan mudah cair dan tidak jelas identitas dan pelembagaannya. Proses pelembagaan perilaku keagamaan melalui mazhab-mazhab sebagai­mana halnya yang terclapat dalam teologi jelas diperlukan. Antara lain berfung­si untuk mengawetkan ajaran agama dan juga berfungsi sebagai pembentukan karakter pemeluknya dalam rangka membangun masyarakat ideal menurut pesan dasar agama. Tetapi, ketika tradisi agama secara sosiologis mengalami reifikasi atau pengentalan, maka bisa jadi spirit agama yang paling "hanif' lalu terkubur oleh simbol-simbol yang diciptakan dan dibakukan oleh para peme­luk agama itu sendiri. Pada taraf ini sangat mungkin orang lalu tergelincir menganut dan meyakini agama yang mereka buat sendiri, bukan lagi agama yang asli, meskipun yang bersangkutan tidak menyadari.

Sikap eksklusifisme (ketertutupan) teologis dalam memandang perbedaan dan pluralitas agama sebagaimana tersebut di atas tidak saja merugikan bagi agama lain,tetapi juga merugikan diri sendiri karena sikap semacam itu sesungguhnya mempersempit masuknya kebenaran-kebenaran baru yang bisa membuat hidup ini lebih lapang dan lebih kaya dengan nuansa

2. Pendekatan Antropologis

yaitu pendekatan kebudayaan; artinya, Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan se­bagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik dan sistem keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sebagai suatu sistem ide,wujud ataupun nilai dan norma yang dimiliki oleh anggota masyarakat yang mengikat seluruh anggota masyarakat.[4]

Sistem budaya agama itu memberikan pola kepada seluruh tingkah laku anggota masyarakat, dan melahirkan hasil karya keagamaan yang berupa karya fisik, dari bangunan tempat ibadah seperti mesjid, gereja, Pura & klenteng,sampai pada upacara yang sangat sederhana seperti tasbih.

Contoh Pendekatan Antropologis telah dilakukan diantaranya oleh EB.Taylor. Tylor mengadakan penelitian pada bangsa-bangsa primitif. ia meneliti suku bangsa yang paling sederhana di Afrika dan Asia.salah satunya suku Asmat. berdasarkan penelitiannya, ternyata suku bangsa yang paling sederhana (primitif) mempercayai roh animisme. Menurutnya, tahap awal agama adalah kepercayaan animisme;kepercayaan bahwa alam semesta ini mempunyai jiwa. Bentuk sekecil apa pun dari benda bagian alam semesta mempunyai roh yang menggerakkan dan yang membuat ia hidup.

Kepercayaan ini fundamental dan universal.artinya, bisa berada di semua bangsa dan masyarakat serta bisa menerangkan pemujaan terhadap orang mati, pemujaan terhadap leluhur atau nenek moyang, juga menjelaskan asal mula para dewa. Dalam tahap berikutnya, animisme berkembang menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa (politeisme), dan dalam perkernbangan selanjutnya, kemudian berkembang lagi menjadi pemujaan terhadap Tuhan Yang Esa (monoteisme).[5]

Dengan demikian,pendekatan antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama serta menjelaskan hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia,karena dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan lewat bantuan antropologi.

3. Pendekatan Normatif

Pendekatan normatif erat kaitannya dengan pendekatan teologis.pendekatan normatif yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan yang di dalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia. Dalam pendekatan teologis ini agama dilihat sebagai suatu kebenaran mutlak dari Tuhan, tidak ada kekurangan sedikit pun dan tampak bersikap ideal. Dalam kaitan ini agama tampil sangat prima dengan seperangkat cirinya yang khas. Untuk agama Islam misalnya, secara normative pasti benar, menjunjung nilai-nilai luhur. Untuk bidang social, agama tampil menawarkan nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, kesetiakawanan, tolong menolong, tenggang rasa, persamaan derajat dan sebagainya. Untuk bidang ekonomi agama tampil menawarkan keadilan, kebersamaan, kejujuran, dan saling menguntungkan. Untuk bidang ilmu pengetahuan, agama tampil men­dorong pemeluknya agar memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang setinggi-tingginya, menguasai keterampilan, keahlian dan sebagainya. Demi­kian pula untuk bidang kesehatan, lingkungan hidup, kebudayaan, politik dan sebagainya agama tampil sangat ideal dan yang dibangun berdasarkan dalil­dalil yang terdapat dalam ajaran agama yang bersangkutan.[6]

BAB III

KESIMPULAN

1. Pendekatan Teologis

Pendekatan teologis berarti pendekatan kewahyuan atau pendekatan keyakinan peneliti itu sendiri. pendekatan seperti ini biasanya dilakukan dalam penelitian suatu agama untuk kepentingan agama yang diyakini peneliti tersebut untuk menambah pembenaran keyakinan terhadap agama yang dipeluknya itu.

Sikap eksklusifisme (ketertutupan) teologis dalam memandang perbedaan dan pluralitas agama sebagaimana tersebut di atas tidak saja merugikan bagi agama lain,tetapi juga merugikan diri sendiri karena sikap semacam itu sesungguhnya mempersempit masuknya kebenaran-kebenaran baru yang bisa membuat hidup ini lebih lapang dan lebih kaya dengan nuansa

2. Pendekatan Antropologis

yaitu pendekatan kebudayaan,pendekatan ini lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Dengan demikian,pendekatan antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama serta menjelaskan hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia.

4. Pendekatan Normatif

Pendekatan normatif erat kaitannya dengan pendekatan teologis.pendekatan normatif yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan yang di dalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia.



[1] M.Amin Abdullah,Metodologi study agama(yOgyakarta,pustaka belajar,2000)hal 22.

[2] H.Abuddin nata,Metodologi study Islam(jakarta,Raja Grafindo,2008)hal 28

[3] M.Amin Abdullah,Metodologi study agama(yOgyakarta,pustaka belajar,2000)hal 31

[4] H.Abuddin nata,Metodologi study Islam(jakarta,Raja Grafindo,2008)hal35

[5] Dadang Kahmad,Sosiologi Agama(bandung,Remaja Rosdakarya,2000)hal 91

[6] H.Abuddin nata,Metodologi study Islam(jakarta,Raja Grafindo,2008)hal34

Sabtu, 29 Januari 2011

STAIN ZCK langsa

Pada tahun 1981 dibentuk Yayasan dengan Akte Notaris No. 7 tanggal 21 Juli 1981 dan pada tahun 1982 dalam kunjungannya Menteri Agama Republik Indonesia ke Langsa (H. Alamsyah Ratu Perwiranegara) dalam rangka peresmian Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Aceh oleh pengurus Yayasan menyampaikan Surat Pemohonan Terdaftar IAI Zawiyah Cot Kala Langsa, maka pada tahun 1983 turun SK Dirjen Lembaga Islam Departemen Agama RI untuk terdaftarnya dengan SK Nomor: Kep/E/III/PP.00.2/1303/83 tanggal 16 April 1983, dan kemudian pada tahun 1988 dengan keputusan Menteri Agama RI, maka IAI Zawiyah Cot Kala Langsa terdaftar sampai dengan jenjang S-1 dengan SK Menteri Agama RI Nomor: 219 Tahun 1988 tanggal 1 Desember 1988, kemudian sejak tahun 1997 berubah bentuk menjadi STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam).
Pada tahun 2000 lembaga ini mendapat peningkatan status menjadi Status Diakui berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama Republik Indonesia Nomor : E/36/2000 tanggal 20 Maret 2000, yang memiliki dua jurusan yaitu Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) / Tarbiyah dan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / Dakwah.
Kemudian sejak tahun 2001, STAI Zawiyah Cot Kala Langsa berupaya mengembangkan lembaga dengan membuka Program Diploma Dua (D-II) Jurusan Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Selanjut pada tahun 2006 keluarlah peraturan Presiden RI Nomor 106 Tahun 2006 Tanggal 28 Desember 2006 Tentang Pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa yang ditanda tangani oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Susilo Bambang Yudhoyono.

Fungsi Dan Tujuan STAIN Zawiyah Cotkala Langsa
A. Fungsi
  1. Melaksanakan pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
  2. Melaksanakan penelitian dalam pengembangan ilmu pengetahuan agama Islam.
  3. Pengabdian pada masayarakat.
  4. Pembinaan kegiatan kemahasiswaan.
  5. Pembinaan civitas akademika.
  6. Kegi atan pelayanan administrative
B. Tujuan
  1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan agama islam dan tekhnologi serta seni yang Islami;
  2. Mengupayakan penggunaan ilmu pengetahuan agama islam dan teknologi serta seni budaya yang Islami untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Catur Darma STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa
  1. Pendidikan dan pengajaran
  2. Penelitian dan karya ilmiah
  3. Pengabdian masyarakat
  4. Akhlak

Kamis, 27 Januari 2011

Penelitian Agama

A. Pengertian Penelitian Agama

i. Defenisi Penelitian

Secara etimologis,penelitian berarti teliti,cermat,seksama,penyelidikan.secara terminologis penelitian berarti menemukan jawaban atas sejumlah masalah berdasarkan data-data yang terkumpul.

ii. Definisi Agama

“keyakinan manusia pada sebuah kekuatan yang melampaui dirinya,kemana ia mencari pemuasan kebutuhan emosional dan spiritual serta mendapatkan ketenangan hidup yang diexpresikan dalam bentuk penyembahan dan pengabdian”(George Galloway)

iii. Defenisi penelitian agama

Mencari,menelaah,meneliti serta menemukan jawaban atas permasalahan dan pertanyaan seputar keyakinan manusia kepada sebuah kekuatan diatas kekuatan manusia yang mana kekuatan tersebut diexpresikan dalam bentuk penyembahan dan pengabdian serta sesuatu yang dianggap sakral atau suci.

Sederhananya penelitian agama adalah pendekatan ilmiah yang diterapkan untuk menyelidiki masalah agama dari segi bentuk pelaksanaanya.

B. Mungkinkah Suatu agama diteliti???

bukankah agama adalah bentuk kepercayaan yang abstrak?????

agama sebagai elemen yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia sejak zaman prasejarah sampai zaman modern sekarang ini dapat dilihat dari dua segi, yakni dari segi bentuk dan isinya. jika kita lihat dari segi bentuknya, agama dapat dipandang sebagai kebudayaan batin manusia yang mengandung potensi psikologis yang mempengaruhi jalan hidup manusia. Sedangkan bila dilihat dari segi isinya, agama adalah ajaran atau wahyu Tuhan yang dengan sendirinya tak dapat dikategorikan sebagai kebudayaan. Segi kedua ini hanya berlaku bagi agama-agama samawi (wahyu), Sedangkan bagi agama-agama yang sumberya bukan wahyu, dapat dipandang baik bentuk maupun isinya adalah kebudayaan. Dengan demikian, yang dapat diteliti untuk agama samawi adalah hanya bagian atau segi bentuknya yang dipan­dang sebagai kebudayaan batin manusia. Sedangkan bagian kedua yangmerupakan segi isinya yang merupakan wahyu tidak termasuk garapan penelitian.

Berdasarkan pendapat tersebut, kegiatan penelitian terhadap agama budaya (agama Bumi/ardhi) dapat dilakukan baik terhadap isinya maupun bentuknya. Sedang­kan penelitian terhadap agama samawi hanya dapat dilakukan terhadap bentuk atau praktik yang tampak dalam kehidupan sosial, dan bukan terhadap isinya, lsi agama samawi sebagaimana terdapat di dalam Alquran dan hadis mutawatir atau hadis sahih tidak perlu dipersoalkan lagi karena sudah diyakini kebenarannya. Kita tidak perlu mempersoalkan, meneliti atau meragukan kebenaran isi Alquran dan hadis mutawatir/shahih. Ajaran yang terdapat di dalam Alquran, baik yang berkenaan dengan akidah, ibadah, akhlak, maupun kehidupan akhirat, dan lain sebagainya adalah hukum yang pasti benar. Kita tidak akan menambah atau mengurangi rukun iman atau rukun Islam dan lainnya yang ada di dalam kitab suci. Semua itu isi ajaran agama samawi yang tidak perlu diteliti lagi. Karena merupakan hukum Tuhan yang mutlak benar.

yang kita teliti adalah bentuk pengamalan dari ajaran agama tersebut, atau agama yang nampak dalam perilaku penganutnya. misalnya,kita dapat meneliti tingkat keimanan dan ketakwaan yang dianut masyarakat. Kita dapat meneliti apakah ajaran zakat, puasa, dan haji misalnya, sudah dilaksanakan sesuai ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Selanjutnya, kita juga dapat meneliti seberapa jauh tingkat kepedulian umat Islam terhadap penanganan masalah­masalah sosial sebagai panggilan ajaran agamanya. Kita juga dapat meneliti cara-cara yang ditempuh umat Islam dalam melaksanakan dakwah Islamiyah, pendidikan Islam, cara mengajarkan ajaran Islam, pemahaman umat Islam terhadap ajaran agama serta penghayatan dan pengamalannya. Penelitian terhadap masalah-masalah tersebut sama sekali tidak akan mengganggu atau mengubah ajaran agama yang terdapat di dalam Alquran dan Al-Sunnah, malah sebaliknya akan mendukung upaya-upaya pelaksanaan ajaran Alquran dan Al_­Sunnah tersebut dalam kenyataan sosial.

C. Macam-macam Penelitian Agama

i. Penelitian Historic (Historical Research)

Tujuan penelitian historic adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, meng­evaluasi, memverifikasi serta mensistematisasikan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.

Penelitian ini memiliki ciri-ciri antara lain:

i. Bergantung kepada daya yang diobservasi orang lain daripada yang diobservasi oleh peneliti sendiri

ii. Harus tertib, ketat, sistematik dan tuntas, dan bukan sekadar mengkoleksi informasi-informasi yang tak layak, tak reliabel dan berat sebelah

iii. Ber­gantung pada data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber primer, yaitu si peneliti secara langsung melakukan observasi atau penyaksian kejadian-kejadian yang dituliskan.

Data sekunder diperoleh dari sumber sekunder, yaitu peneliti melaporkan hasil observasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya

iv. Harus melakukan kritik eksternal dan kritik internal. Kritik internal menanyakan apakah dokumen itu otentik atau tidak; apakah data tersebut akurat atau relevant sedangkan kritik internal harus menguji motif, berat sebelah, dan sebagainya.

ii. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan adalah Penelitian untuk mempe­lajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial; individu, kelompok, lembaga atau masyarakat. Sebagai contoh penelitian ini yaitu: studi secara intensif mengenai kebudayaan kota serta kondisi kehidupannya pada suatu kota metropolitan serta studi lapangan yang fokus perhatiannya mengenai kebudayaan kelompok-kelom­pok masyarakat terpencil.

Penelitian-penelitian lapangan sangat berguna terutama untuk informasi latar belakang guna perencanaan penelitian yang lebih besar dalam ilmu-ilmu sosial

iii. Penelitian Korelasional (Correlational Research)

Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisiensi korelasi.sederhananya penelitian ini bertujuan untuk mencari keterkaitan antara suatu objek kajian dengan suatu objek lainnya.

Contoh penelitian korelasional adalah penelitian tentang bentuk rumah ibadah dengan jumlah jamaah dalam suatu lingkungan masyarakat.

iv. Penelitian Kausal komparatif (causal Comparative research)

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data ter­tentu.

Adapun ciri dari penelitian ini antara lain bahwa data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat masanya). Peneliti mengambil satu atau lebih akibat (sebagai dependen variabel) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab saling hubungan dan maknanya.

v. Penelitian Eksperimental Sungguhan

Penelitian eksperimental sungguhan dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental dan memperbandingkan hasil­nya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.

Di antara contoh penelitian eksperimental sungguhan ini adalah pene­litian yang dilakukan untuk menyelidiki pengaruh dua metode mengajar sejarah peradaban islam (sebagai contoh) pada mahasiswa-mahasiswi unit 3/1 sebagai fungsi taraf inteligensi mahasiswa-mahasiswi (tinggi, sedang, dan rendah) dengan cara menempatkan dosen secara random (acak) berdasarkan metode mengajar yang dilakukan.

vi. Penelitian tindakan (Action Research)

Penelitian tindakan dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru untuk me­mecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain.

Contoh penelitian ini adalah penelitian tentang sistem pembagian kerja pada STAIN Zawiyah Cot Kala berdasarkan tingkatan pendidikan dan ketrampilan guna memaximalkan kualitas akademik.

vii. Penelitian Survei (Action Research)

penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atau populasi tertentu untuk mewakili seluruh populasi. ini berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi.

Dengan demikian penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alas pengumpulan data yang pokok.

viii. Ground Research

Yaitu penelitian yang bersifat kualitatif. Pada penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara bebas di mana para peneliti tidak memulai penelitiannya dengan teori atau hipotesis yang akan diuji, melainkan bertolak dari data yang dikumpulkan. Berkenaan dengan penelitian ini Glaser dan Strauss (1967) mengatakan bahwa grounded research merupakan reaksi yang tajam dan sekaligus menyajikan jalan keluar dari "stagnasi[5] teori" dalam ilmu-ilmu sosial, dengan menitikberatkan pada sosiologi.

D. Mengapa Penelitian agama diperlukan?

Yang pertama kali harus dilakukan oleh seseorang yang meyakini keberadaan tuhannya adalah mempelajari apa-apa yang diperintahkan dan hal-hal yang disukai Penciptanya. Dia lah yang memberinya ruh dan kehidupan, makanan, minuman dan kesehatan.hal ini jelas membutuhkan pemikiran dan pemahaman yang dapat ditempuh melalui 3 cara yaitu,wahyu,ilham dan belajar(penelitian).

Selanjutnya umat beragama harus mengabdikan seluruh hidupnya untuk patuh kepada perintah-perintah Tuhannya dan mencari ridhaNya.

Agama lah yang membimbing kita kepada moral, perilaku dan cara hidup yang diridhai Allah. Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa- orang yang patuh kepada agama berada di jalan yang benar, sedangkan yang lainnya akan tersesat.

Dia yang dadanya terbuka untuk Islam mendapat cahaya dari Tuhannya. Sungguh celaka orang-orang yang berkeras untuk tidak mengingat Allah! Mereka dalam kesesatan yang nyata. (Surat az-Zumar: 22)

E. Hambatan Penelitian/pengkajian agama

i. Pengkajian atau penelitian agama berarti mengharuskan adanya objektivitas yang bukan hanya kepada pihak lain tetapi juga pada pihak sendiri.untuk benar-benar mampu melakukan objektivasi terhadap diri sendiri tentu tidak hanya memerlukan keseriusan usaha melainkan juga latihan dan ketekunan.

ii. Agama dipahami sebagai suatu bentuk yang suci,sakral dan agung.menempatkan hal-hal semacam ini sebagai objek netral akan dianggap merduksi,melecehkan,atau merusak suatu agama yang mungkin akan berujung pada kontradiksi fatal dari para penganut agama tersebut.

Sebagai contoh:

a. Novel “The Da Vinci Code” karya “Dan Brown” yang menuai kontroversi dunia.novel yang telah melewati penelitian selama bertahun-tahun ini ternyata mampu menggemparkan seluruh institusi kristiani bahkan berhasil membuat Vatikan kalang kabut oleh isi novel tersebut yang dianggap menghancurkan sendi-sendi keimanan kristiani,meruntuhkan keilahian yesus bahkan mengungkap rahasia yesus dan gereja yang selama 2000 tahun telah terkunci rapat.

The Da Vinci Code memang fenomena. Sejak nongol sampai sekarang, novel tersebut memicu terbitnya kurang lebih 10 buku “perlawanan”. Semuanya mencoba mematahkan argumentasi yang ada di dalam The Da Vinci Code. Salah satu buku tandingan itu adalah, Fact and Fiction in The Da Vinci Code karya Steven Kellemeier.ia juga membuat para pendeta,teolog dan rahib kalang kabut menangkal isi novel tersebut.

b. Film Dokumenter “FITNA” karya salah seorang senator di salah satu negara di kawasan Eropa Timur yang juga memicu kemarahan umat Muslim diseluruh dunia karena dianggap melecehkan islam dengan risetnya yang hanya memandang islam dari segi radikal.

c. Selain itu juga terdapat beberapa Buku lain yang “sehaluan” dengan novel Brown yaitu Holy Blood, Holy Grail dari Michael Baigent, Richard Leigh, dan Henry Lincoln. Selain itu, masih ada lagi penulis perempuan yang turut memenuhi dunia pengkritikan yesus, yaitu Margaret Starbird dengan buku berjudul : The Goddes in the Gospels, Reclaiming the Sacred Feminine dan The woman with Holy Jar : Mary Magdalena and the Holy Grail. Oleh para pengkritiknya(teolog kristiani), buku-buku itu adalah “omong kosong yang keterlaluan.”Sesungguhnya buku-buku tersebut adalah suatu-hasil karya pemikiran dan riset yang keabsahannya masih menuai tanggapan pro dan kontra, tergantung siapa yang menanggapinya.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdullah Amin,Metodologi Studi agama,yogyakarta,Pustaka belajar,2000

Nata Abuddin,Metodologi study islam,Jakarta,Rajawali pers,2004

John W best ,Metodologi Penelitian Pendidikan,Usaha nasional,Surabaya,1982

Supranto,Statistik,teori dan aplikasi,erlangga.jakarta,1986